Kota Bekasi Disebut Kehilangan Akar Budaya
Pengamat perkotaan dari
Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyebut Bekasi telah kehilangan akar
budaya karena dominasi pendatang pada komposisi penduduk kota tersebut.
Yayat mengeluarkan pendapat tersebut sebagai refleksi peringatan Hari Ulang Tahun ke-19 Kota Bekasi yang jatuh Kamis (10/3).
"Masyarakat Kota Bekasi saat ini sudah sangat metropolis dengan pesatnya pembangunan infrastruktur dan juga pertumbuhan ekonominya," tutur Yayat seperti dilansir Antara, kemarin.
Yayat mengatakan, pemerintah kota seharusnya secara aktif menanamkan karakter dan kultur Bekasi kepada para pendatang.
"Pemerintah harus bisa memunculkan imej simbolik agar pendatang memiliki identitas kehidupan dan bangga menjadi warga Kota Bekasi," ujarnya.
Apabila program tersebut berjalan efektif, para perantau tersebut akan memiliki kebanggaan atas identitas mereka sebagai penduduk Kota Bekasi. Berawal dari kebanggaan, menurut Yayat, para pendatang secara tidak langsung akan terpacu untuk turut membangun kota.
Yayat mengeluarkan pendapat tersebut sebagai refleksi peringatan Hari Ulang Tahun ke-19 Kota Bekasi yang jatuh Kamis (10/3).
"Masyarakat Kota Bekasi saat ini sudah sangat metropolis dengan pesatnya pembangunan infrastruktur dan juga pertumbuhan ekonominya," tutur Yayat seperti dilansir Antara, kemarin.
Yayat mengatakan, pemerintah kota seharusnya secara aktif menanamkan karakter dan kultur Bekasi kepada para pendatang.
"Pemerintah harus bisa memunculkan imej simbolik agar pendatang memiliki identitas kehidupan dan bangga menjadi warga Kota Bekasi," ujarnya.
Apabila program tersebut berjalan efektif, para perantau tersebut akan memiliki kebanggaan atas identitas mereka sebagai penduduk Kota Bekasi. Berawal dari kebanggaan, menurut Yayat, para pendatang secara tidak langsung akan terpacu untuk turut membangun kota.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi
membenarkan, penduduk Bekasi memang semakin heterogen. Ia pun meminta warganya
untuk mengedepankan toleransi dalam kehidupan sosial sehari-hari.
"Komposisi warga semakin beragam, ditambah dengan perbedaan dalam hal kepercayaan, sikap-sikap intoleran sudah sewajarnya dikesampingkan," katanya.
Berdasarkan catatan yang dimilikinya, Rahmat memaparkan, penduduk Kota Bekasi saat ini berjumlah setidaknya 2,4 juta orang.
Warga dari kawasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mendominasi angka itu, sekitar 33 persen. Warga bersuku Betawi (28 persen) dan Sunda (18 persen) berada di peringkat kedua dan ketiga.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Bekasi mencatat, jumlah penduduk Kota Bekasi berjumlah 2, 663 juta orang. Mereka mendiami wilayah seluasnya 210,49 kilometer persegi yang terbagi dalam 12 kecamatan.
"Komposisi warga semakin beragam, ditambah dengan perbedaan dalam hal kepercayaan, sikap-sikap intoleran sudah sewajarnya dikesampingkan," katanya.
Berdasarkan catatan yang dimilikinya, Rahmat memaparkan, penduduk Kota Bekasi saat ini berjumlah setidaknya 2,4 juta orang.
Warga dari kawasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mendominasi angka itu, sekitar 33 persen. Warga bersuku Betawi (28 persen) dan Sunda (18 persen) berada di peringkat kedua dan ketiga.
Badan Perencanaan Pembangunan Kota Bekasi mencatat, jumlah penduduk Kota Bekasi berjumlah 2, 663 juta orang. Mereka mendiami wilayah seluasnya 210,49 kilometer persegi yang terbagi dalam 12 kecamatan.
DAFTAR PUSTAKA
- Utama. 2016. Kota Bekasi Disebut Kehilangan Akar Budaya. http://www.cnnindonesia.com/nasional/20160310110043-20-116482/kota-bekasi-disebut-kehilangan-akar-budaya/. 10 Maret 2016
Penalaran Induktif
Penalaran
induktif adalah proses penalaran menarik kesimpulan yang berupa prinsip atau
fakta yang berlaku secara khusus berdasarkan fakta-fakta yang bersifat umum.
Pada bagian“Pengamat
perkotaan dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, menyebut Bekasi telah
kehilangan akar budaya karena dominasi pendatang pada komposisi penduduk kota
tersebut.” Kalimat Pengamat perkotaan dari Universitas
Trisakti, Yayat Supriatna, menyebut Bekasi adalah khusus, karena kalimat
tersebut berupa fakta-fakta yang dijelasakan secara lengkap dan terperinci
sehingga tidak memiliki arti yang luas. Akar
budaya karena dominasi pendatang pada komposisi penduduk kota tersebut kalimat
tersebut adalah umum, karena fakta-fakta yang di sampaikan masih dalam arti
yang luas dan belum terperinci, sehingga bersifat umum contohnya: budaya,
pendatang , dan penduduk kota.
Pada
bagian “Masyarakat Kota Bekasi saat ini
sudah sangat metropolis dengan pesatnya pembangunan infrastruktur dan juga
pertumbuhan ekonominya,” kalimat masyarakat
kota bekasi bersifat khusus, karena kalimat tersebut menjelaskan secara
rinci bahwa masyarakat yang dimaksud ialah masyarakat kota bekasi sehingga
fakta tersebut khusus. Pada kalimat metropolis
dengan pesatnya pembangunan infrastruktur dan juga pertumbuhan ekonominya adalah
umum, karena tidak dijelaskan secara terperinci infrastruktur yang seperti apa
dan pertumbuhan ekonomi yang bagaimana, kalimat tersebut masih memiliki arti
yang luas sehingga fakta-faktanya umum.
“Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi membenarkan,
penduduk Bekasi memang semakin heterogen.” Pada kalimat Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi bersifat
khusus, karena kalimat tersebut menjelaskan secara rinci siapa nama wali kota
tersebut sehingga memiliki fakta yang khusus. Bagian penduduk Bekasi memang semakin heterogen bersifat umum, karena kata
heterogen disini tidak dijelaskan sikap apa yang dilakukan oleh penduduk bekasi
sehingga disebut heterogen, berdasarkan fakta tersebut masih memiliki arti yang
luas sehingga faktanya bersifat umum.
Pada
bagian “Warga dari kawasan Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta mendominasi angka itu, sekitar 33 persen”
kalimat Warga dari kawasan Jawa Tengah
dan Daerah Istimewa Yogyakarta mendominasi bersifat khusus, karena
dijelaskan asal warga pendatang di kota Bekasi. Pada kalimat mendominasi angka itu, sekitar 33 persen bersifat
umum, karena kalimat tersebut masih memiliki arti yang luas dan belum dijabarkan
secara lengkap 33 persen itu seberapa banyak sehingga masih fakta tersebut
bersifat umum.
“Badan Perencanaan Pembangunan Kota Bekasi mencatat, jumlah
penduduk Kota Bekasi berjumlah 2, 663 juta orang. Mereka mendiami wilayah
seluasnya 210,49 kilometer persegi yang terbagi dalam 12 kecamatan.” kalimat Badan
Perencanaan Pembangunan Kota Bekasi mencatat, jumlah penduduk Kota Bekasi
berjumlah 2, 663 juta orang adalah khusus, karena kalimat tersebut
menjelaskan fakta-fakta dengan jelas dan rinci serta jumlah penduduknya
berdasarkan fakta yang ada. Pada kalimat Mereka
mendiami wilayah seluasnya 210,49 kilometer persegi yang terbagi dalam 12
kecamatan bersifat umum, karena kalimat tersebut tidak menjelaskan secara
rinci yang dijelaskan hanya luas daerah yang terbagi 12 kecamatan hal itu masih
bersifat umum.
No comments:
Post a Comment